ALEL GANDA



A. Pengertian Alel Ganda
        Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah gen–gen yang terletak pada lokus yang sama
(bersesuaian) dalam kromosom homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan. Jadi alel adalah gen – gen yang terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu.
        Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasang alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan darah sistem A B O pada manusia Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapapun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2 dan seterusnya. Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat mempunyai lebih dari satu alel disebut ; multiple allelomorphi.  Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan alel ganda adalah:
1.Merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel pada satu gen
2.Pada umumnya satu gen memiliki dua alel alternatifnya
3.Alel ganda dapat terjadi sebagai akibat dari mutasi DNA
4.Mutasi dapat menghasilkan banyak variasi alel, misalnya gen A bermutasi menjadi, a1, a2 dan a3 yang masing-masing menimbulkan fenotipe yang berbeda.
5.Dengan demikian, mutasi gen A dapat menghasilkan 4 varian yaitu A, a1,a2, dan a3.

Pada alel ganda ada dua gambaran yang perlu dicatat, yaitu:
1.Pada jenis kedua pada diagram perkawinan homozigot dan heterozigot, terdapat kemungkinan lain dari perkawinan. Ini adalah seseorang yang homozigot untuk dua yang lain. Masih terdapat macam anak tetapi tidak seperti contoh-contoh yang menyangkut sepasang gen tunggal, keduanya adalah heterozigot.
2.Pada jenis ketiga dari diagram lagi-lagi terdapat satu kemungkinan lebih lanjut. Perkawinan dua orang heterozigot apabila ketiga gen terlibat, maka akan menghasilkan empat macam anak dan bukan tiga anak, pasangan ditengah tidak lagi sama, dan rasionya adalah 1:1:1:1. Dengan tiga alel, satu dari empat anak adalah homozigot, dan lainnya adalah heterozigot tetapi akan terlihat dengan mudah bahwa dengan serangkaian dari 4 atau lebih alel, apabila 4 gen pada orang tuanya berbeda, maka semua anaknya tentu akan heterozigot.

Contoh sifat/karakter yang dipengaruhi oleh alel ganda :
1.Pigmentasi bulu kelinci (kelinci Chinchilla)
2.Pigmentasi bulu kucing (Kucing Himalaya)
3.Pola warna bulu kuda
4.Pola warna sapi
5.Warna bulu srigala
6.Pola warna tikus (warna agauti)
7.Warna bulu burung dara  
8.Sifat bertanduk pada domba
9.Warna mata Drosophila
10.Golongan darah pada manusia

B. Alel Ganda Pada Drosophila 
        Pada drosophila diketahui bahwa warna mata normal  berwarna merah yang di tentukan gen dominan W atau gen + atau w+ di samping itu dikenal pula sifat mutan, yaitu mata berwarna putih yang di tentukan oleh gen w lalat ini memeiliki banyak variasi tentang warna mata. Seperti pada table di bawah ini :
Tabel 1.1 Variasi Warna Mata Pada Drosophila


        Variasi ini berdegradasi mulai dari merah gelap, merah terang sampai menjadi putih yang kesemuanya ditentukan oleh dominasi dari alel-alel, variasi warna mata pada Drosophila ini ternyata di tentukan oleh suatu seri alel ganda, alel yang paling dominan adalah w+, sedangkan yang paling resesif adalah w.

C. Alel Ganda Pada Penentuan Golongan Darah Manusia
        Darah itu terdiri dari dua komponen, yaitu sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Plasma dikurangi fibrinogen (protein untuk pembekuan darah) merupakan serum. Pada abad 18 pada waktu mulai dilakukan transfusi darah terjadilah kematian pada resipien tanpa diketahi sebab-sebabnya. Akan tetapi Dr. Karl Landsteiner dalam tahun 1901 yang bekerja di laboratorium di Wina menemukan bahwa sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi antigen-antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen.
        Suatu antibodi itu sangat spesifik untuk antigen tertentu. Terbentuknya antibodi demikian itu tergantung dari masuknya antigen asing. Selain dengan cara demikian, antibodi itu tidak akan dibentuk. Sistem demikian merupakan dasar dari imunisasi maupun untuk reaksi alergi. Sebaliknya ada pula antibodi yang dibentuk secara alamiah di dalam darah, meskipun demikian antigen yang bersangkutan tidak ada. Antibodi alamiah inilah yang mengambil peranan dalam golongan darah manusia, terutama dalam golongan darah A, B, AB dan O yang amat penting. Antigen juga protein. Istilah gen dalam antigen bukan bermakna bahwa dia lawan dari gen (penyandi protein) tapi antigen adalah zat penyusun dasar.  Ada beberapa macam sistem penggolongan darah pada manusia, diantaranya adalah golongan darah sistem ABO, MNSs dan Rh.

Tabel 1.2 Golongan Darah ABO

 

        Orang yang memiliki antigen A tidak memiliki anti –A melainkan anti –B. orang yang memiliki antigen B tidak memiliki anti-B melainkan anti-A. Jika antigen A bertemu dengan anti –A, demikian pula antigen B bertemu dengan anti –B, sel-sel darah merah menggumpal (beraglutinasi) dan mengakibatkan kematian. Orang yang tidak memiliki antigen A maupun antigen B dalam eritrositnya dinyatakan bergolongan darah O dan serum darahnya mengandung anti –A dan anti -B. sebaliknya bila serum darah tidak mengandung antibodi sama sekali, maka eritrosit mengandung antigen A dan antigen B. orang demikian dinyatakan termasuk golongan darah AB. Karena golongan darah O tidak mempunyai antigen sama sekali maka golongan darah O disebut sebagai pendonor universal. Sementara golongan darah AB karena dia tidak memiliki antibodi dalam serumnya maka golongan darah AB disebut juga sebagai resipien universal. Namun dalam ilmu kedokteran sekarang hal itu tidak lagi berlaku karena kurang aman, alasannya selalu terjadi adanya aglutinasi ringan.
        Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alelalel Io, IA dan IB. Alel Io resesif terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodomain, sehingga IB tidak dominan terhadap IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. Interaksi antara alel Io, IA dan IB menghasilkan 4 fenotip golongan darah, yaitu O, A, B dan AB. Gen I menghasilkan suatu molekul protein yang disebut Isoaglutinin yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut antigen-A dalam eritrosit yang kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau agglutinin atau anti-B yang terdapat di dalam serum atau plasma darah. Orang dengan alel IB dapat membentuk antigen-B dalam eritrosit, dan zat anti-A dalam serum darah. Orang dengan golongan darah O, mempunyai alel IoIo, tidak dapat membentuk antigen-A maupun antigen-B, tetapi mempunyai zat anti-A dan zat anti-B. Apabila antigenA bertemu dengan zat anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan zat anti-B, maka darah akan menggumpal. Sehingga dalam melakukan transfusi darah, baik donor (pemberi) maupun resipien (penerima) harus diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan sistem ABO.

 
DAFTAR PUSTAKA

Acquaah G. 2007. Principles of Plant Genetiks and Breeding. Malden, [MA]:
Blackwell Publishing

Bauerly E, Hughes SE, Vietti DR., Miller DE, McDowell W & Hawley RS. 2014. Discoveryof supernumerary B chromosomes in Drosophila melanogaster. Genetiks

Emery, A.E.H. 1985. Dasar-Dasar Genetika Kedokteran. Yogyakarta:  Yayasan Essential Medica

Mustami, K.M., 2013. Genetika. Makasar : Universitas Islam Negeri Alauddin

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ALEL GANDA"

Post a Comment